Refleksi Santri


Dalam menjalani kehidupan hendaknya seseorang harus cermat dan cerdas dalam menentukan pilihan hidupnya. Tatkala seseorang telah diterima dan diakui menjadi santri di suatu pondok pesantren, maka identitas sebagai santri telah disematkan di dalam dirinya, dan secara tidak langsung dia memikul beban tanggung jawab sebagai seorang santri, lebih lagi sebagai santri Pondok Modern Darussalam Gontor yang sudah terlanjur punya nama, dan namanya sudah punya ruang tersendiri di dalam hati masyarakat Indonesia, karena dari rahim pondok inilah sudah terlahir ribuan alumninya yang telah dan sedang berkhidmat bagi masyarakat Indonesia bahkan dunia.

Seorang santri harus  bisa memahami dirinya, Apa yang mau dia cari dari Pondok pesantren di pelosok desa nusantara ini? sebagai santri pondok pesantren maka dia harus membuktikan dan mempertanggungjawabkan identitas yang melekat di dirinya itu, maka dari itu seyogyanya dia harus punya sebuah peta kehidupan yang dia  rancang sendiri untuk mencapai impian-impian mulianya itu.

Seorang santri sebaiknya mengetahui dan memahami dengan benar-benar yang mana hal-hal yang paling penting, penting, kurang penting dan tidak penting sama sekali, misalkan belajar adalah hal yang paling penting dan ini adalah tujuan awal seluruh santri yang datang ke pondok ini, dia akan berusaha semaksimal mungkin meraih ilmu dan pendidikan yang telah disiapkan Pondok untuknya bahkan jika bisa, lebih dari itu. Karena inilah tujuan seluruh pelajar di seluruh dunia jika dia ingin memasuki sebuah lembaga pendidikan dan pastinya anda sepakat dengan saya, pasti dan tentu dia akan mencari ilmu dan pendidikan,bukan yang lain .

Kemudian mengenai Bahasa, kenapa Bahasa ? Karna bahasa memegang peranan yang sangat besar dalam menyokong pemahaman ilmu seseorang.yang akan berbuah pengamalan yang benar terhadap ilmu-ilmu yang dia pelajari. Tanpa penguasaan bahasa yang mantap dan baik, nantinya dia akan terseok -seok dalam meniti jalan hidupnya di pondok sebagai santri.

Bahasa arab dan bahasa inggris di pondok ini, ibarat mahkota  pondok, coba anda bayangkan seseorang yang mengaku-ngaku raja namun tak memakai mahkota, tentunya dia tidak akan diakui kekuasaannya, tak ada rakyat yang menuruti perintahny, mahkota diletakkan di atas kepala, Suatu simbol kehormatan tertinggi bagi seseorang.

Sebagai seorang santri di Pondok Modern Darussalam gontor yang tersohor dengan keunggulan penguasaannya dalam bahasa arab dan bahasa inggris, harusalah sadar dan tahu diri bahwa dia wajib menguasai bahasa arab dan bahasa inggris, baik itu secara percakapan maupun tulisan dan kaidah tata bahasanya, karena bahasa umpama kunci yang dengannya dia bisa membuka pintu-pintu ilmu.

Bahasa arab adalah bahasa Al-Qur’an, ia adalah bahasa keilmuan dunia islam, maka satu-satunya cara untuk bisa memahami Agama Islam secara benar adalah dengan mempelajari bahasa arab dengan baik dan benar. Begitupun juga dengan bahasa inggris, karena ia sebagai bahasa internasional  yang dipakai, dipelajari dan terdapat di seluruh penjuru dunia. Dengan bahasa inggris akan memudahkan kita dalam mempelajari seluruh disiplin keilmuan yang kita mau dan akan memperluas wawasan kita tentang dunia ini.

Dua hal tersebut yang sudah saya jelaskan tadi, hanyalah permisalan dari hal-hal penting bagi seorang santri yang harus dipenuhi terlebih dahulu,namun masih banyak lagi hal-hal yang penting dan primer, yang harus dia raih terlebih dahulu, sebelum dia memeluk kebutuhan-kebutuhan sekunder.

Jika saya umpamakan kebutuhan primer bagi seorang santri,seperti celana dan baju atau pakaian penutup aurat laki-laki maupun perempuan, yakni semisal berprestasi dalam belajar, menguasai bahasa arab dan inggris, berakhlak mulia dan lain semisalnya, adapun kebutuhan sekunder diibaratkan seperti jas, topi, jaket, rompi, kacamata dan aksesoris sejenisnya. Nah bagaimana cara  seorang santri untuk cerdas dalam memilih dan memilah ? mana yang lebih  dia dahulukan memakainya? dan mana yang harus diambil dan diabaikan ?

Bagi setiap santri yang hatinya belum tercemar ,dan akalnya masih jernih tentu akan mendahulukan yang lebih penting dari segala hal-hal yang kurang penting ,santri yang salah dalam menentukan pilihannya ,berarti dia sudah terperosok dalam lubang kesalahan besar .
bayangkan jika seseorang memakai topi ,jas dansepatu,kemudian berlagak keren,seolah-olah dialah yang paling beken diantara teman-temannya, namun enggan untuk mengenakan celana danbaju ,pastinya orang itu telah hilang akal sehatnya,dan sudah terkunci batinnya,.

Begitupun halnya seorang santri ,dia harus cerdas dalam menentukan pilihan,tidak asal-asalan,tidak amburadul dan carut-marut.misalkan, jika ada seorang santri jago bermain sepak bola ,seluruh piala kejuaraan sepak bola disabetnya,seluruh tehnik sepak bola dikuasainya,dan bahkan dia lebih unggul daripada pelatihnya,namun disisi lain ,prestasi belajarnya anjlok,buku-buku pelajarannya tidak pernah lengkap ,berkali-kali tidak naik kelas,bahasanya hancur,bacaan al-qur’annya terbata-bata ,tajwidnya belepotan,tanda tanya besar baginya ,apa yang dia cari selama ini di pondok?

Ketika liburan tiba ,dia pulang kekampung halaman,orangtuanya menunggu anaknya itu dengan penuh pengharapan,namun tahukah anda apa yang terjadi setelahitu?,masyarakat mengira dia lebih  paham dalam ilmu agama islam,dan dikira mampu menyelesaikan problem-problem masyarakat, namun sayang perkiraan mereka keliru,karena ketidakseriusan dan ketidaktekunannya dalam menimba ilmu ketika di pondok ,maka hasilnya tak jauh dari apa yang diusahakannnya.
Karena dia menanam sedikit maka hasilnya pun yang dia peroleh sedikit pula,ketika dia diberikan kesempatan untuk menjadi imam tidak sanggup,bacaan al-qur’annya kurang memuaskan,tajwidnya belepotan,sholat malas-malasan,membaca buku ogah-ogahan,sopan-santunnya kurang,dan dampaknya bagi masyarakat dan dirinya adalah;tercabutnya kepercayaan masyarakat dari dirinya,dan bahkan atas pondok pesantren tempat dia menuntut ilmu,digantikan dengan anggapan buruk,keluhan,cibiran dan lain sebagainya,yang terlahir dari ketidakpuasan masyarakat atas santri “jebolan” pesantren itu.

Inilah akibat dari santri yang salah dalam memilih jalan hidupnya ,karena tak pernah berpikir panjang,tak kunjung memungut hikmah dan pelajaran,terombang-ambing dalam kegiatan-kegiatan yang kurang bermanfaat yang meninabobokan pikiran, melelahkan badan, gegabah dalam mengambil keputusan,dan pada akhirnya ditimpa penyesalan-penyesalan dan penyesalan.


Namun jika semuanya itu sudah terlanjur terjadi dalam diri seseorang,dia harus bangkit dari lubang keterpurukan,walau susah dan payah,karena terlambat lebih baik daripada tidak sama sekali,karena  memperbaiki diri dan mengakui kesalahan lebih baik daripada menangis-nangisi segala sesuatu yang telah terjadi.

Saya ingin memberikan formula sederhana atau solusi yang mungkin bermanfaat untuk kita,ada tiga cara yang mesti santri tempuh demi merealisir cita-citanya sebagai seorang santri yang ideal ,santri yang diidam-idamkan oleh keluarga, menjadi buah bibir di kampungnya.

Pertama mulailah dari yang kecil (ibda’ bi l-yasir ) ,perkara-perkara ringan yang sekilas tampak remeh namun sebenarnya mempunyai efek bola salju.sampah yang bertumpuk dan merusak lingkungan berawal dari puntung rokok atau bungkus kacang,korupsi milyaran bahkan trilyunan bermula dari puluhan atau ratusan ribu rupiah.orang yang menganggap enteng dan terbiasa melaklukan dosa-dosa kecil akan cendrung dan kelak berani melakukan dosa-dosa besar.
 Sebaliknya,jika dia terbiasa dengan hal-hal yang baik ,seperti membaca buku ,menulis ,menghafal al-qur’an,terbiasa bersopan santun,dan bertata krama yang baik ,semenjak masa kecilnya,nantinya segala hal-hal yang baik itu akan terbawa dan menjelma menjadi watak bagi dirinya,hingga dia beranjak dewasa,seperti kata pepatah “ sedikit-sedikit lama-lama menjadi bukit”.

Kedua ,mulailah dari diri sendiri(ibda’ bi-nafsika ),mulai dengan mendisiplinkan diri dalam beribadah,belajar,berkegiatan dan menjalankan tugas pondok.Umat islam terdahulu menjadi bangsa yang disegani dan mampu membangun peradaban gemilang dengan disiplin.tak ada kemajuan tanpa kedisiplinan,dan tak ada kedisiplinan tanpa keteladanan, Bangsa-bangsa yang pernah kalah perang seperti  jerman dan jepang bisa bangkit dan maju karena disiplin ,demikian pula israel ,singapura ,korea dan malaysia.Disiplin yang bermula dari diri sendiri, kesadaran,kepatuhan dan kerja keras.

Ketiga,mulailah hari ini,sekarang juga (ibda’i l- yawma).perjalanan 1000 km berawal dari satu langkah,jangan pernah takut melangkah,tidak ada gunung yang tidak dapat didaki,tak ada kesulitan yang tak dapat diatasi,tidak ada yang mustahil diraih ,jika prosudernya diikuti.Man jadda wajada,Man saara ‘ala d-darbi washala,tidak ada yang terlambat untuk meraih sukses dan kebaikan,mulai dari sekarang ,saat ini,hari ini juga.

27/05/2015 
Di bawah langit malam,Pondok pesisir pantai , udik kota Banyuwangi
goresan tangan : Abdul Karim Abhaka
Tulisan ini dimuat di Majalah Madani tahun 2015 (Pondok Modern Darussalam Gontor 5) dalam kolom SIKAP

Komentar

Postingan Populer